Seminar Internasional Happenmasi: Prof. Rahmat Perkuat Peran Apenmasi dalam Pemberdayaan Masyarakat Indonesia

Jakarta – Sebagai narasumber pada seminar internasional Himpunan Akademisi dan Prodi Pendidikan Masyarakat Indonesia (Hapenmasi), Prof. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos,I.,M.Pd, memberikan penguatan akan peran Akademisi Pendidikan Masyarakat Indonesia (Apenmasi) dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat Indonesia dan layanan akademis Prodi Pendidikan Masyarakat (PenMas) yang berkualitas.

Organisasi profesi Happenmasi terus berbenah, karena mengingat semakin kompleksnya perkembangan dan perubahan yang terjadi dewasa ini dari berbagai bidang, baik secara regulasi, birokrasi, akademisi, politisi, maupun secara profesi.

Dalam rangka mengokohkan fungsi organisasi tersebut secara optimal, maka diadakan kegiatan Musyawarah Nasional I dan Seminar Internasional Happenmasi dengan tema,”The Capstone of Collaboration and Innovation to Empowerment for All People”. Selasa-Kamis (14-16 Juni 2022)

Happenmasi adalah wadah para pakar, peneliti, ilmuwan, dan praktisi pendidikan masyarakat yang tersebar di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN dan PTS) dan tersebar di berbagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di seluruh tanah air yang menyelenggarakan beragam kegiatan pendidikan kesetaraan, pendidikan vokasi, pengembangan minat dan pribadi dan pembekalan keterampilan dasar hidup, untuk terus berkontribusi menjankau mereka yang miskin dan tertinggal.

Menurut Prof. Rahmat, permasalahan masyarakat dan kesenjangan di Indonesia masih menjadi isu utama, orang miskin hanya turun 1% dalam 4 tahun, orang kaya naik 10% per tahun. tidak satu persen pun orang miskin turun, bahkan cenderung mengalami peningkatan.

“Global Wealth Databooks (2016), menyebutkan Indonesia berada pada urutan ke empat terburuk di dunia, berada setelah Rusia, India, dan Thailand. Bahkan diungkapkan pula oleh Oxfam (2017) bahwa kekayaan empat orang kaya Indonesia setara dengan jumlah kekayaan yang dimiliki 100 juta penduduk miskin di Negeri ini.

“Bahkan, dilaporkan pula oleh Kompas pada 15 dan 16 Maret 2018 bahwa terdapat hanya beberapa warga negara yang menguasai hampir 50 juta hektar lahan atau setara dengan 741 kali luas Jakarta. Bahkan terdapat satu perusahaan yang diperkirakan menguasai 5,2 juta hektar lahan atau 74 kali luas Jakarta. Jumlah ini setara 5-6 kali jumlah APBN yang seharusnya dinikmati oleh 274 juta penduduk negeri ini. Inilah kenapa Happenmasi harus hadir,” ungkapnya.

Ia mengatakan, melalui kegiatan tri-dharmanya, Apenmasi telah mengidentikasi 18 kelompok sasaran masyarakat yang dinilai memiliki tingkat kerawanan sosial dan ekonomi yang tinggi, seperti petani miskin, masyakarat adat, anak jalanan, buruh migran, anak dengan gizi buruk, penyandang disabilitas, dsb.

“Dari jumlah itu terdapat 128 agenda strategis nyata yang akan dilaksanakan dalam berbagai kegiatan penelitian dan pengabdiannya pada masyarakat untuk membebaskan masyarakat dari keterbelakangannya. Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan sosial yang amat ekstrim itu adalah adanya kesenjangan pengetahuan (knowledge gap) antar warga Negara”

“Data memperlihatkan terdapat 88,8 persen sekolah di Indonesia, mulai dari SD hingga SMA/SMK, belum melewati mutu standar pelayanan minimal. Terdapat, 40,31 persen dari 201.557 sekolah di Indonesia berada di bawah standar pelayanan minimal, 48,89 persen pada posisi standar pelayanan minimal, dan 10,15 persen yang memenuhi standar nasional pendidikan, dan 0,65 persen sekolah-sekolah yang dinilai sudah sekolah bertaraf internasional, hanya 0,65 persen (ACDP, 24/4/2013),” bebernya.

Untuk membahas secara serius, kata Prof. Rahmat, Apenmasi berikhtiar untuk terus berkontribusi menjangkau mereka yang terpencil yang sulit terjangkau, memberdayakan mereka yang miskin dan tertinggal, dengan membekali mereka pengetahuan dan ketrampilan dasar hidup fungsional yang memungkinkannya bergerak ke taraf kehidupan yang lebih mulia dan terhormat.

“Happenmasi juga harus menjadi linkage terhadap kebijakan kebijakan yang berkembang, prodi-prodi PENMAS mulai menerapkan quadran IKU 754 (Kualitas Lulusan, Kurikulum berbasis Internasionalisasi, Kimitraan Terpadu dan Kualitas Publikasi Dosen) untuk mendukung MBKM. Juga masuk pada program PPG, RPL, LSP dan mengemangkan platform magang kemitraan terpadu,” tandasnya.

Acaran yang dimoderatori oleh Prof Durotul Yatimah (UNJ) itu berlangsung di Aula Brigjen Latief Hendradinigrat UNJ Jakarta dan Leisure Inn Arion Hotel. Turut hadir pula Ketua DPD-RI La Nyalla Mahmud Mattalitti, yang bertindak sebagai keynote speaker, dan beberapa narasumber lainnya antara lain Juha Christensen (Finlandia), Jean B Belala (Afrika Selatan), Carlos Ferrandiz (Spanyol), Prof Uyu Wahyudin (UPI). (**)

Leave a Comment