Permainan Tradisional Gorontalo “Ponti” Oleh Mahasiswa PGPAUD Terbit Pada Jurnal SINTA

Gorontalo, fip.ung.ac.id – Hasil riset tentang permainan tradisional Gorontalo Ponti dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter anak di usia 5-6 tahun yang dilaksanakan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) berhasil diterbitkan pada jurnal terindeks SINTA.

Dr. Pupung Puspa Ardini, M.Pd menyampaikan, artikel yang diterima pada jurnal Sceince and Technology Index (SINTA) ini merupakan hasil riset kolaborasi yang dilakukannya bersama Nur Fauziah Lumbin, Ratih Yakob, Nirmala Daud, Rahmawati Yusuf, dan Rianti, mahasiswa PGPAUD yang saat ini sedang duduk pada semester akhir.

“Penelitian ini merupakan output dari mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Anak Usia Dini yang saya ampu. Dari proses submit sampai publish itu membutuhkan waktu sampai 1 tahun, karena ini memang proses standar bukan lewat fast track. Mahasiswa memang betul-betul belajar Publikasi artikel, sampai sempat putus asa nggak mau lanjut dapat komentar reviewer,” ujar Pupung sembari tersenyum.

Pupung menjelaskan, penelitian ini dilatar belakangi atas adanya tingkat kecanduan terhadap permainan modern pada anak sangat tinggi sehingga berpengaruh pada kebiasaan dan perilaku anak. Dampak yang terjadi pada anak ketika kecanduan bermain games modern atau games online ini diantaranya, menurunnya nilai karakter yang terbangun pada diri anak karena belum sepenuhnya menyerap informasi dengan baik.

“Oleh karena itu penting sekali membangun kembali permainan tradisional pada anak untuk menumbuhkan karakter sedini mungkin. Penelitian ini digunakan untuk membangun kembali permainan tradisional di kota Gorontalo berupa permainan Ponti dalam menumbuhkan karakter anak usia 5-6 tahun,” jelas Pupung.

Wakil Dekan Bidang Akademik FIP UNG itu mengatakan, hasil riset ini menunjukkan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional Gorontalo memiliki berbagai nilai. Pertama memiliki nilai kebersamaan, yaitu permainan ponti dapat dimainkan secara individu atau membentuk tim, tergantung dari banyaknya pemain yang ikut serta.

“Kemudian nilai kedisiplinan, yaitu permainan ponti dilakukan secara bergantian oleh 2 orang atau lebih, maka dituntut nilai kedisiplinan dan kebersamaan dalam menunggu giliran. Selanjutnya memiliki nilai sosial, yaitu permainan ponti dimainkan secara bersamasama maka terjadi interaksi sosial antara mereka,” kata Pupung.

Selain itu, kata Pupung, permainan ini juga mampu menjadikan para pemainnya menjadi rendah hati dan bertanggungjawab, anak mau menerima kekalahan dan mau membereskan mainan yang digunakan setelah bermain.

“Dan yang terakhir, permainan ini memiliki nilai ketangkasan, yaitu permainan ponti di tuntut memiliki ketangkasan dan kecepatan untuk menangkap bola dan mengumpulkan batu atau biya,” tutur Pupung

Dirinya berharap, pelestarian permainan tradisional ini penting untuk dilakukan dengan cara memperkenalkan dan memainkan permainan tradisional bersama anak, di sertai dengan upaya penyadaran kepada pihak-pihak terkait, khususnya orang tua akan bahaya permainan online.

“Permainan tradisional ini dapat memberikan nilai-nilai karakter, seperti jujur, disiplin pada pelaku atau pemain seperti nilai kerjasama, disiplin, ketangkasan, keagamaan dan sosial,” tandas Pupung. (Humas FIP)

Leave a Comment