Gorontalo, fip.ung.ac.id – Guru Besar Tetap Jurusan Manajemen Pendidikan (MP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I memberikan kuliah umum di FKIP Universitas Khairun Ternate tentang pembelajaran efektif dengan project based learning dan case metod menuju merdeka belajar, Kamis (08/09/2022).

Dihadapan peserta kuliah umum dari kalangan mahasiswa dan dosen FKIP Universitas Khairun Ternate, Prof. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I mengungkapkan, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

“Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai materi dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat”

“Penerapan PjBL dalam pendidikan tinggi akan mampu untuk menghasilkan Massiswa/wi yang memiliki ketrampilan aplikatif dan siap kerja, karena ketika belajar di universitas mereka telah dilatih untuk menyelesaikan permasalahan dalam dunia nyata. Kreatifitas dan inovasi dari staf pengajar yang terlibat sangat diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif dan menyenangkan supaya mahasiswa lebih dapat berekspresi,” ujar Prof. Novi.

Prof. Novi mengatakan, inovatif dan kreatif yang dimaksud disini yaitu bebas dari tekanan, bebas menuangkan ide, serta menemukan hal-hal baru, dan mampu berfikir kritis dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas lulusan untuk siap bersaing di masa depan. Penerapan PjBL di perguruan tinggi tidak hanya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa, namun sebagai upaya untuk penguatan nilai-nilai,”

“Project-based learning pada kurikulum merdeka merupakan salah satu indeks kinerja universitas (IKU) dalam konsep kampus merdeka-merdeka belajar (MBKM). Tahapan project based learning menjadi tahapan pendekatan yang digunakan dalam mencapai profil pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka. Bahkan ada kegiatan khusus dengan nama projek penguatan profil pelajar Pancasila.

“Projek penguatan ini merupakan kegiatan khusus di sekolah atau madrasah selain 3 kegiatan yaitu budaya sekolah/madrasah, pembelajaran Intrakurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Pada kurikulum merdeka, bukti kekhususan kegiatan projek penguatan 3P adalah kegiatan tersebut masuk di struktur kurikulum dan mendapat 20% sd 30% dari alokasi waktu yang tersedia. Begitu pentingnya BjBL di kegiatan pembelajaran, maka perlu ada peningkatan kapasitas tim projek tentang Project Based Learning sebelum menyusun Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,” terangnya.

Ketua Prodi S3 Pendidikan PPs UNG itu berharap, pendidik berkompetensi dan profesional harus mampu menjadi chance pembelajar dan penggerak di lingkungannya. Pendidik juga harus mampu berkolaborasi dan dapat menghadirkan bentuk-bentuk pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan; misalnya; permainan-permainan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

“Sebagai pendidik kita harus memahami pembelajaran berbasis proyek, yang mengharuskan peserta didik belajar secara mandiri. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”

“Project Based Learning ini kata Prof. Novi, adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperdalam pengetahuannya sekaligus mengembangkan kemampuan melalui kegiatan problem solving dan investigasi. Brandon Goodman dan J. Stiver mendefinisikan Project Based Learning  sebagai sebuah pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok,” ungkapnya.

Selain itu, kata Prof. Novi, model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) ini tidak hanya fokus pada hasil akhirnya, namun lebih menekankan pada proses bagaimana Peserta didik dapat memecahkan masalahnya dan akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk. Pendekatan ini membuat Peserta didik mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam pengerjakan proyeknya. Hal ini tentu saja lebih menantang daripada hanya duduk diam mendengarkan penjelasan pendidik atau membaca buku kemudian mengerjakan kuis atau tes,” jelas prof. Novi.

“Jika tertarik untuk menerapkan PjBL di kelas, para pendidik harus memasuk elemen-elemen berikut ini: Berawal dari Sebuah Masalah atau Pertanyaan Pembelajaran berbasis proyek selalu bersumber dari sebuah masalah atau pertanyaan. Permasalahan yang harus dipecahkan harus memiliki tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan level peserta didik, misalnya Jangan sampai memberikan tantangan untuk Peserta didik kelas 6 SD pada Peserta didik kelas 2 SD”

“Pjbl secara otentik & relevan bahwa Proyek yang dilakukan Peserta didik harus mencakup pertanyaan-pertanyaan dalam dunia nyata atau yang relevan dengan pengalaman Peserta didik. Dengan demikian Peserta didik dapat menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkannya saat pembelajaran dengan manfaat atau kegunaannya di dunia nyata,” tuturnya.

Lebih jauh, prof. Novi menjelaskan, Kebebasan/Kemerdekaan untuk memilih metode pembelajaran berbasis proyek hendaknya memberikan kebebasan peserta didik untuk menentukan strategi dan metode memecahkan masalah, produk apa yang akan dihasilkan, dan juga bagaimana cara menghasilkan produk tersebut.

“Project Based Learning untuk self reflection; Peserta didik diharapkan mampu merefleksikan semua pengalaman yang di dapat selama mengerjakan proyeknya. Kemudian Peserta didik mampu menyimpulkan pelajaran berharga apa yang dapat diambil selama proses project based learning”

“Feedback; Metode pembelajaran project based learning juga mengajarkan pada Peserta didik untuk dapat memberikan  dan menerima masukan-masukan atas proyek yang dilakukannya.  Dengan demikian mereka tidak hanya belajar dari pendidik tetapi dapat saling belajar dengan sesame teman,” tutur Prof. Novi.

Di akhir proses pembelajaran berbasis proyek, kata Prof. Novi, peserta didik harus mampu mempresentasikan penemuannya atau produk yang dihasilkannya di depan teman-teman sekelas atau bahkan di depan masyarakat umum. Selain berdiskusi tentang proyeknya, diharapkan semua Peserta didik mampu menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari dan juga dipratikkan.

“Ciri-Ciri Pembelajaran Project Based learning berikut ini: (1) Peserta didik diarahkan untuk membuat keputusan dan membuat kerangka kerjanya sendiri. (2) Terdapat masalah atau pertanyaan yang harus dipecahkan. (3) Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil yang telah ditentukan.(4) Setiap peserta didik memiliki tanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan untuk menyelesaikan proyeknya”

“Selanjutnya, (5) Peserta didik harus melakukan evaluasi secara berkelanjutan. (6) Peserta didik secara teratur melakukan refleksi atas apa yang mereka kerjakan.(7) Hasil akhir yang diharapkan adalah peserta didik menghasilkan sebuah produk dan dievaluasi kualitasnya. (8) Kelas harus mendukung adanya perubahan dan tidak membuat peserta didik takut melakukan kesalahan,” ujar Prof. Novi.

Langkah-Langkah Pembelajaran Project Based Learning Ada 6 langkah yang harus dilakukan saat menerapkan project based learning. Yakni:

1. Mulai dengan sebuah pertanyaan.

Pertanyaan harus mengandung permasalahan yang harus dipecahkan dan menghasilkan sebuah penemuan atau produk. Topik atau teman harus sesuai dengan real world dan mendorong Peserta didik untuk melakukan investigasi yang mendalam.

2. Membuat Perencanaan (design a plan for the project).

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Perencanaan meliputi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

3. Menyusun jadwal aktivitas .

Pendidik dan Peserta didik bersama-sama menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi pengarahan untuk mengelola waktu yang ada. Berikan Peserta didik kebebasan dan kesempatan untuk mencoba menggali sesuatu yang baru. Pendidik Pintar tetap harus memantau dan mengingatkan apabila peserta didik melenceng dari tujuan proyek.

4. Mengawasi proses pengerjaan proyek.

Meskipun Peserta didik diberikan kebebasan menentukan strategi dan cara mengerjakan proyeknya, pendidik memfasilitasi dan bertanggungjawab untuk memantau peserta didik selama menyelesaikan proyek, pendidik bertindak sebagai mentor yang selalu mengarahkan para peserta didik untuk selalu fokus dan terarah dalam mengerjakan proyeknya.

5. Memberikan penilaian terhadap produk yang dihasilkan. Penilaian di lakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar pada proses dan produk yang dihasilkan. Pendidik juga berperan dalam mengevaluasi kemajuan setiap peserta didik dan memberi feedback. Selanjutnya pendidik dapat menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dapat dilakukan dengan mempresentasikan produknya di depan pendidik dan temannya

6. Melakukan Evaluasi.

Pada akhir proses pembelajaran project based learning, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan produk yang telah dihasilkan. Proses refleksi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Peserta didik hendaknya diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. (Humas FIP)

Leave a Comment