fip.ung.ac.id, Gorontalo – Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof. Novianty Djafri., M.Pd.I, menjadi pembicara dalam seminar pendidikan yang diselenggarakan oleh senat mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pohuwato, Kamis (22/09).
Dalam seminar yang diikuti dosen dan mahasiswa FKIP Universitas Pohuwato tersebut, Prof. Novi memaparkan tentang bagaimana strategi pengembangan softskill literasi digital dan penerapan kurikulum merdeka belajar dalam memasuki era society 5.0.
“Soft skill adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang selain kemampuan yang berkaitan dengan IQ-EQ (Illah Sailah). Softskill ini berupa perilaku pribadi dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (misalnya pembinaan, membangun kerja tim, pengambilan keputusan, inisiatif dll,” ujarnya.
Attribut soft skill ini, kata Prof. Novi, tak bisa disebutkan satu per satu karena terlalu banyak. Atribut ini pada dasarnya telah dimiliki oleh seseorang dengan jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap.
“Atribut ini dapat di tingkatkan, jika yang bersangkutan mau mengubahnya dengan cara membiasakan diri. Sehingga suatu saat nanti apabila menjadi suatu kebiasaan maka akan berubah menjadi karakter”
“Pengambangan soft skill di Perguruan Tinggi dilakukan melalui proses pembelajaran saat ini soft skill dikembangkan, tidak harus melalui satu mata kuliah khusus, melainkan diselipkan di setiap mata kuliah. Contoh, dalam penugasan ke mahasiswa bisa berbentuk presentasi, tugas kelompok dll,” jelas Prof. Novi.
Prof. Novi menjelaskan, pada prinsipnya pengembangan soft skill menjadi hidden curriculum. Hal ini lebih ampuh karena dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik minat dan menyenangkan.
“Peran dosen dalam hal ini adalah membangun proses dialog, menangani dinamika kelompok, terlibat dalam memotivasi mahasiswa, mengintroduksi berpikir kritis, serta memberdayakan kurikulum tersembunyi (Empowering Hidden Curriculum)”
“Di era digital 5.0, membangun keaktifan mahasiswa melalui soft skill dan pemanfaatan teknologi melalui kegiatan kemahasiswaan, sehingga perlu diperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana juga untuk pemanfaatan lingkungan sarana dan prasarana dalam dipeningkatan personal growth (Pengembangan Diri),” imbuhnya.
Dirinya mengharapkan, dalam setiap kegiatan harus terencana, terprogram dan tersistem. Setiap kegiatan sebaiknya ada coach atau mentor yang membimbing, walaupun tidak setiap saat harus didampingi.
“Ada Beberapa alternatif kegiatan pengembangan soft skill yang harus dibekali kepada mahasiswa, agar skill mahasiswa sukses melalui program yang terencana dan tersistem dengan baik misalnya mahasiswa di bekali dengan learning skill yaitu keterampilan yang digunakan agar selalu dapat mengembangkan diri melalui proses belajar berkelanjutan (sustainable skill)”
“Selanjutnya thinking skill, yaitu keterampilan yang dibutuhkan pada saat berpikir untuk memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari (Win-win solution atau kritikal thinking). Dan keterampilan living skill, yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk adaptasi dalam kehidupan sehari-hari (adaptor thinking skill),” terangnya. (NK)