fip.ung.ac.id, Gorontalo – Kalau Mao Zedong memiliki strategi desa mengepung kota dalam menjalankan revolusi di China, maka Prodi Pendidikan Luar Sekolah seyogyanya butuh strategi tersendiri menjadikan desa sebagai basis perekonomian digital. Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Hal ini dinyatakan dalam salah satu Nawacita Jokowi yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, yang diikuti dengan strategi pembangunan nasional.
Pemikiran ini lahir ketika Prof. Dr. Abdul Rahmat, M.Pd., hadir sebagai narasumber dalam forum discussion group bersama dosen-dosen program studi Pendidikan Masyarakat Universitas Negeri Jakarta, selasa 1 November 2022. Menurutnya, kesenjangan pembangunan merupakan hal yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia.
Kesenjangan tersebut terjadi antarwilayah serta antar kota dan desa. Kesenjangan yang terjadi antar kota dan desa juga terjadi dalam hal teknologi informasi dan komunikasi. Desa digital merupakan salah satu program untuk mengurangi kesenjangan arus informasi yang terjadi di desa. Konsep desa digital merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dalam pelayanan publik dan kegiatan perekonomian. Dengan adanya desa digital diharapkan pelayanan publik dapat meningkat dan pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi berkembang.
Prof. Dr. Abdul Rahmat, M.Pd., yang juga sebagai Guru Besar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo menggambarkan model Alibaba yang kini menjadi raksasa perdagangan berbasis elektronik (e-dagang) di daerah Hangzhou. Bukan di Shanghai atau kota-kota besar lainnya di daratan Tiongkok yang secara ekonomi jauh lebih maju.
Kini Hangzhou yang berjarak sekitar 1.280 kilometer di sebelah tenggara Beijing bukan saja dikenal sebagai markas utama Alibaba melainkan juga telah menjelma sebagai pusat ekonomi digital China. Ibu Kota Provinsi Zhejiang itu telah diakui dunia atas keberhasilannya menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ke-11 Kelompok 20 Ekonomi Utama (G-20) pada 2016.
Hangzhou juga ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games ke-19 pada 2022. Pada 2017 produk domestik bruto (PDB) Hangzhou mencapai 1,25 triliun RMB atau meningkat beberapa kali lipat dibandingkan pada 2001 yang hanya 156 miliar RMB. PDB per kapitanya juga naik dari 3.025 dolar AS pada 2001 menjadi 19.936 dolar AS pada 2017. Kota ini telah banyak mengembangkan industri baru, termasuk farmasi, teknologi informasi, alat berat, komponen otomotif, peralatan rumah tangga, elektronik, telekomunikasi, bahan kimia, dan makanan olahan.
“Alibaba sebagaimana yang saya lihat telah berhasil menciptakan ‘business center’ dari daerah untuk orang daerah,” Hasil pertanian di beberapa daerah di China tidak saja bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan tetapi juga masyarakat desa itu sendiri, bahkan melalui platform penjualan daring yang dibangun oleh Alibaba seperti Taobao, Tmall, dan Freshippo, barang hasil panen para petani di mana pun berada bisa dinikmati oleh konsumen dalam jangka waktu tidak lebih dari 72 jam,” kata Guru Besar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah FIP UNG.
Menurutnya, Desa Digital sebagai katalisator perbaikan layanan publik dan ekonomi desa digital merupakan konsep program yang menerapkan sistem pelayanan pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat berbasis pemanfaatan teknologi informasi. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan publik. Dalam desa digital, pelayanan publik akan bersifat digital dengan terkoneksi melalui jaringan nirkabel.
“Pelayanan yang bersifat digital akan mendorong peningkatan layanan publik di desa-desa dan mempermudah perangkat desa untuk melakukan evaluasi dan perbaikan layanan dengan basis data yang nantinya dimiliki. Dalam konteks ekonomi, desa digital dapat dijadikan sebagai katalisator peningkatan kinerja ekonomi desa dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Pada desa digital direncanakan akan memiliki website dan akun media sosial untuk promosi dan berita, sistem e-commerce serta aplikasi yang sesuai dengan karakter dan potensi ekonomi di tiap desa,” ujarnya.
Prof. Abdul Rahmat mengatakan, harapan dan optimisme selalu ada dalam pikiran kita untuk meraih masa depan desa yang gemilang, pelayanan desa yang efektif dan efisien serta penyelenggaraan pemerintahan desa yang transparan dan akuntabel. Desa yang mampu adaptif dengan perkembangan zaman guna mencapai keberdayaan di tingkat nasional. Semua bisa terjadi jika ada sinergi yang baik antara pemerintahan desa dengan masyarakatnya dalam mewujudkan desa digital.
“Petani bisa langsung menerima uang begitu hasil panennya diterima langsung oleh konsumen tanpa harus menunggu dua atau tiga bulan seperti sistem konsinyasi pembayaran yang diterapkan oleh sejumlah supermarket di Indonesia. Petani yang tidak mendapatkan akses perbankan tidak perlu menggadaikan nasibnya kepada kaum rentenir atau pengijon agar sawah atau ladangnya tergarap meskipun harga hasil panennya jatuh hingga tingkat terendah,” jelasnya.
Memberdayakan kaum tani, kata Prof. Rahmat, bukan hal yang sulit untuk diterapkan di Indonesia. Pendidikan Luar Sekolah memiliki banyak peran untuk mencapai orientasi pendidikan model desa digital.
Menurut Sudjana (2010:27), pendidikan luar sekolah memiliki lima belas dimensi. Dimensi tujuan, yaitu; 1) berjangka pendek dan lebih khusus, serta 2) tidak terlalu mementingkan ijasah. Dimensi waktu, yaitu; 3) relatif lebih singkat, 4) penekanan pada masa sekarang, dan 5) penggunaan waktu yang tidak terus-menerus. Dimensi isi program, yaitu; 6) kurikulum yang lebih berpusat pada kebutuhan peserta didik, 7) mementingkan aplikasi, dan 8) syarat keikutsertaan ditentukan bersama peserta didik.
Dimensi proses belajar, yaitu; 9) pembelajaran berpusat di lingkungan masyarakat dan lembaga, 10) sangat terkait dengan kehidupan masyarakat khususnya peserta didik, 11) struktur program kegiatan yang luwes, 12) proses belajar mengajar yang terpusat pada peserta didik, dan 13) lebih hemat pada sumber-sumber yang tersedia. Dimensi pengendalian, yaitu; 14) kegiatan dilaksanakan oleh pelaksana program dan peserta didik, dan 15) menggunakan pendekatan yang demokratis.
“Peranan pendidikan luar sekolah atau Pendidikan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat melalui desa digital ada tiga, yaitu mengejar, seiring dan mendahului. Mengejar dimaksudkan bahwa pendidikan luar sekolah berperan dalam mengejar ketertinggalan yang ada di masyarakat. Kemudian peran seiring adalah dengan mengimbangi apa yg terjadi di masyarakat, sedangkan peran mendahului dilakukan dengan mengantisipasi apa yang akan terjadi,” terangnya.
Desa digital akan mampu menyederhanakan ekonomi yang dulunya inefisien menjadi mudah. Ekonomi digital telah mengubah kekuatan yang tadinya kita kenal sebagai korporasi berubah menjadi platform. Yang tadinya ‘control resources’ menjadi orkestrasi ‘resources’. Jika dulu, perekonomian hanya dikembangkan oleh korporasi yang memiliki akses luas perbankan, maka dengan model desa digital akan menyulapnya menjadi orkestrasi bervaluasi tinggi. #Salam PLS Hebat. (**)