fip.ung.ac.id, Luwuk – Narasumber kuliah tamu pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Luwuk Sulawesi Tengah, Prof. Dr. Novianty Djafri., M.Pd.I menyampaikan pendidikan islam unggul di era revolusi industri 4.0 dan merdeka belajar, Sabtu (05/11/2022).

Menurutnya, kebijakan merdeka belajar ataupun Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan salah satu transformasi besar dalam dunia pendidikan di Indonesia untuk menyiapkan generasi unggul dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dan bonus demografi 2045.

“Namun, Pendidikan Islam terutama Pendidikan Tinggi Islam lagi-lagi masih kurang responsive terhadap tuntutan kebijakan baru MBKM tersebut. Kita bersama dari PAI harus dapat menjawab kebutuhan tersebut dalam menyiapkan Pendidikan Islam Unggul yang responsif, adaptif, kritis, kreatif, inovatif, sekaligus religius sesuai tantangan era Revolusi Industri 4.0, disemua sikon maupun kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

“Pendidikan Islam, baik dijenjang pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi terlihat masih sangat gagap dan kurang adaptif pada sikon atau terhadap perubahan besar yang diakibatkan, misalnya oleh pandemi Covid-19 . Pandemi Covid -19 dan Revolusi Industri 4.0 “seperti telah membuat kesepakatan” untuk menciptakan tsunami perubahan di dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam,” ujar Prof. Novi.

Prof. Novi mengatakan, pendidikan umum di Indonesia meskipun tampak gagap pada awalnya, namun mereka lebih cepat beradaptasi dengan tsunami perubahan tersebut. Adapun pendidikan Islam terlihat masih “bekerja keras” untuk menyesuaikan diri.

“Pendidikan Islam di Indonesia saat ini telah bertransformasi dengan berbagai capaiannya yang membanggakan. Namun di era Revolusi Industri 4.0 gaungnya masih belum setara dengan besarnya potensi umat Muslim itu sendiri. Potensi besar umat Islam belum mampu diberdayakan dan dikembangkan secara optimal melalui pendidikan Islam”

“Peran PAI untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus peradaban umat manusia serta kemakmuran masyarakat masih terbatas. Mengutip pendapat Hamim Ilyas dalam buku Fikih Akbar (2018) kemajuan dan kesejahteraan umat Islam masih tertinggal dengan umat-umat beragama yang lain, seperti umat Kristen-Barat, Shinto-Jepang, Hindu-India, Buddh a-Korea, maupun Komunis-Tao-Tiongkok,” ucap Prof. Novi.

Kaprodi S3 Ilmu Pendidikan PPs UNG itu berharap, penguasaan Ilmi Pendidikan Agama Islam dengan bidang lainnya agar terkontrol dalam pemanfaatan Internet. Internet memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi yang diinginkan secara mandiri den tetap berpegang teguh pada asas tata krama, tata susila, dan kode etik.

“Revolusi ini secara tidak langsung akan memberikan perubahan pada tatanan kehidupan manusia khususnya didunia pendidikan Islam. Yakni perubahan dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran modern berbasis online dengan memanfaatkan layanan internet. Begitupun bagi Pendidikan Agama Islam, terdapat pergeseran paradigma belajar dari konvensional menuju modern yakni online learning. Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang dilakukan melalui proses belajar mengajar dikelas maupun di luar kelas.

“Terlepas dari hal tersebut, bagi pengguna baik tenaga pengajar maupun peserta didik, Penggunaan media online juga memiliki berbagai konsekuensi, seperti perubahan perilaku misalnya. Sehingga perlu adanya penanaman pola pikir agar lebih terfokuskan pada hal-hal posistif yang dapat diperoleh dari media online berbasis 4.0,” ujarnya. (NK)

Leave a Comment