fip.ung.ac.id, Gorontalo – Guru Besar Manajemen Pendidikan Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Prof. Dr. Abdul Rahmat, M.Pd., pada Sabtu (12/11) bertempat di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Alkhoirat Palu Sulawesi Tengah memberikan orasi kuliah tamu terkait “model pembelajaran berbasis proyek era kurikulum merdeka dengan luaran publikasi”.

Kegiatan yang dibuka oleh Dekan FAI Universitas Alkhairaat Palu Sulawesi Tengah Dr. Abdul Gafar Mallo ini diikuti oleh sekitar 300 mahasiswa dan dosen di lingkungan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Alkhairaat Palu Sulawesi Tengah, bertindak sebagai moderator Bapak Ahmad, S.Pd.,M.Pd.I.

Menurut Prof. Dr. Abdul Rahmat, M.Pd, Dekan FAI Universitas Alkhairaat Palu dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi budaya kuliah tamu ini, mengingat kurikulum merdeka belajar, dosen diberi kebebasan untuk berpikir kritis dalam menentukan langkah yang tepat dan strategis sehingga bisa menjawab semua tantangan dan permasalahan pendidikan saat ini.

Bagaimana dosen menentukan treatment yang tepat dalam mengaplikasikan konteks merdeka belajar kepada mahasiswa dalam mencapai keberhasilan penerapan konsep merdeka belajar. Investigasi dalam memecahkan masalah dan mencari solusi yang tepat dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan bakat dan ketertarikan mahasiswa

Dalam kuliah nya Prof. Dr. Abdul Rahmat, M.Pd menjelaskan, bahwa model pembelajaran membuat mahasiswa ini tidak hanya fokus pada hasil produknya saja, namun lebih menekankan pada proses bagaimana mahasiswa dapat menentukan masalah, kemudian memecahkan masalah dan akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk.

“Pendekatan ini membuat mahasiswa mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam pengerjaan proyeknya. Dosen merancang suatu masalah yang berhubungan pada kompetensi dasar yang tidak memberikan kontribusi maupun dampak yang baik dalam pencapainnya.

“Kemudian Dosen mencoba menggunakan model pembelajaran yang berbeda dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga dosen merancang model/tekhik yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswanya. Dosen bebas berkreasi sesuai dengan target yang dicapai, begitu juga peran mahasiswa dalam memberikan karya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan mahasiswa itu sendiri,” ujar Prof. Rahmat.

Prof. Rahmat mengatakan, pembelajaran berbasis proyek selalu bersumber dari sebuah masalah atau pertanyaan. Permasalahan yang harus dipecahkan harus memiliki tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan level mahasiswa. Selanjutnya proyek yang dilakukan mahasiswa harus mencakup pertanyaan-pertanyaan dalam dunia nyata atau yang relevan dengan pengalaman mahasiswa.

“Dengan demikian mahasiswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkannya saat pembelajaran dengan manfaat atau kegunaannya di dunia nyata. Metode pembelajaran berbasis proyek hendaknya memberikan kebebasan mahasiswa untuk menentukan strategi memecahkan masalah, produk apa yang akan dihasilkan, dan juga bagaimana cara menghasilkan produk tersebut,” jelasnya.

Dirinya berharap, metode pembelajaran project juga mengajarkan pada mahasiswa untuk dapat memberikan  dan menerima masukan-masukan atas proyek yang dilakukannya.  Dengan demikian mereka tidak hanya belajar dari dosen tetapi dapat saling belajar sesama teman.

“Di akhir proses pembelajaran berbasis proyek, mahasiswa harus mampu mendesiminasikan dan mempresentasikan penemuannya atau produk yang dihasilkannya di depan teman-teman sekelas atau bahkan di depan masyarakat umum. Selain berdiskusi tentang proyeknya, diharapkan semua mahasiswa mampu menarik mengkonversi menjadi artikel yang layak dipublikasikan,” ujarnya.

Leave a Comment