fip.ung.ac.id, Gorontalo – Prof. Dr. Novianty Djafri., M.Pd.I saat menjadi narasumber kegiatan kuliah kolaboratif yang diselenggarakan oleh Program Studi Doktor Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo (PPs UNG) dengan Prodi Pendidikan University Of Malaysia secara daring, Kamis (22/12), berbicara tentang pentingnya peran pendidikan di era society 5.0 (Five poin Zero).
Menurutnya, pendidikan di era 5.0 sangat penting, yang di pengaruhi oleh keberadaan para pendidik, sebagai pelaksana pendidikan. Mengapa Peran pendidik penting? Sebab, para Pendidik sangat penting dalam memotivasi, memajukan dan menciptakan pendidikan yang berkualitas untuk peserta didiknya, yakni melalui peningkatan layanan dan akses pendidikan, mulai dari jenjang dasar bahkan sampai perguruan tinggi, salah satunya adalah upaya implementasi dan aplikasi, pelaksnaaan prosedur pendidikan, baik dalam pemenuhan maupun perbaikan dalam pelaksanaan pendidikan.
“Para Guru atau Dosen harus mampu menjalankan perannya sebagai Pendidik, agar dapat memotivasi dirinya terlebih dahulu untuk bekal menguasai nilai, peran dan karakter yang baik, juga mampu menghadapi tantangan dan solusi di era 5.0, setelah itu para pendidik dapat mentransferkan kepada siswa/mahasiswa, sehingga lembaga tersebut dapat menghasilkan peserta didik/SDM unggul yang dapat beradaptasi dan tangguh di era society 5.0”
“Mengingat, para peserta didik harus diimbangi oleh pemantapan karakter. Dimana, penguatan nilai karakter ini dapat dilakukan juga melalui kegiatan akademik dan non kaademik. Pendidik dalam menghadapi era society 5.0 ini dibutuhkan kemampuan 6 literasi dasar (literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan),” ujar Prof. Novi.
Prof. Novi mengatakan, tidak hanya literasi dasar, namun juga pendidik harus memiliki kompetensi lainnya yaitu kompetensi berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakteristik baik) yang menghasilkan lulusan yang mencerminkan nilai-nilai keutuhan pribadi seperti rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya.
“Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi pendidik/guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Berdasarkan kompetensi ini, maka orientasinya di era ini pendidik dapat mentransfer kepada siswa/mahasiswa harus menguasai 4C (Creativity; Kreativitas; Critical Thingking; Berpikir Kritis; Communication; Komunikasi; Collaboration; kolaborasi)”
“Sehingga dengan demikian diharapkan pendidik, dapat menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan. Dalam Menghadapai berbagai tantangan dan perubahan dimasa depan pada era society 5.0 semuanya harus siap terlebih para pendidik harus dapat menguasai berbagai teknologi, komunikasi dan informasi dari sensor wilayah fisik diakumulasikan ke dalam wilayah maya (cyberspace),” ucap Prof. Novi.
Lebih lanjut, Guru Besar Tetap FIP UNG itu menjelaskan, dalam cyberspace, big data dianalisis oleh Artificial Intelligence (AI), dan hasilnya akan dikembalikan ke wilayah fisik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. “Kuncinya adalah para pendidik harus dapat membangun talenta digital dan meningkatkan pemahaman literasi digital yang di barengi oleh penanaman karakter.
“Peran pendidik profesional era society 5.0 adalah penting dalam penumbuhan nilai karakter. Pendidik harus dapat menjadi problem solving, yakni; menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi (Society 5.0 juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi, di barengi penguasan nilai karakter) yang lahir di era Revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia”
.“Dimulai dari 4.0, pendidik hanya sebagai fasilitator (memfasilitasi pembelajaraan), fokus pembelajaran pada siswa/mahasiswa, kemandirian mahasiswa yang harus aktif mencari solusi, mendapatkan informasi dari berbagai sumber, buku dan lainnya, (Tutor Sebaya) baik lokal/nasional/internasional. Pendidik memfokuskan para siswa/mahasiswa harus fokus pada segala usia, untuk arahan dan pendampingannya, setiap anak merupakan di komunitas pembelajar, pembelajaran diperoleh dari berbagai macam sumber bukan hanya dari buku saja, tetapi bias juga dari internet, berbagai macam platform teknologi & informasi serta perkembangan kurikulum secara global,” terangnya.
Kaprodi S3 Ilmu Pendidikan PPs UNG itu menambahkan, pendidik juga harus memiliki kecakapan yaitu memiliki kemampuan leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence, entrepreneurship, global citizenship, team working dan problem solving. Fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini dikenal dengan 4C (Risdianto, 2019) yang meliputi creativity, critical thinking, communication dan collaboration, (kreativitas, berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi).
“Tenaga Pendidik di abad society 5.0 ini menjadi penginspiratif yang mengutamakan murid dibandingkan dirinya, siswa/mahasiswa lebih berinisiatif untuk melakukan perubahan lebih baik, mengambil keputusan tindakan tanpa yang tepat tanpa disuruh, terus berinovasi dan kreatif. Berdasarkan hal ini maka kami mempertanyakan apakah peran guru dapat tergantikan oleh teknologi? Namun, ada peran guru yang tidak dapat tergantikan oleh teknologi diantaranya interaksi secara langsung di kelas, ikatan emosional guru dan siswa, penanaman karakter dan modeling/ teladan guru”
“Namun, beberapa hal terkait society 5.0 yakni, menjawab tantangan pendidik dalam cepatnya perubahan global dan trans formasi pendidikan yang secara dinamis, serta adanya permasalahan para pendidik yang kurang menguasai literasi dan untuk kualitas serta kesiapan-kesiapan lainnya untuk program studi pendidik dalam kebutuhan mahasiswa program doktor pendidikan maka inilah menjadi dasar kami untuk melaksanakan kegiatan kuliah kolaboratif,” tandasnya.