fip.ung.ac.id, Gorontalo – Prof. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I saat menjadi narasumber dalam kegiatan joint lecture antara Prodi S3 Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (PPs UNM) dan Prodi S3 Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo (PPs UNG) menyampaikan tentang pentingnya motivasi kolaborasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di era globalisasi pendidikan, Senin (16/01/2023) di Ruang Sidang PPs UNM.
Guru Besar Tetap FIP UNG itu mengatakan, masa sekarang kegiatan kolaborasi itu sangat penting, dimana dapat meningkatkan aktivitas yang skala lokal, nasional dan internasional, bahkan dapat meminimalisir pemanfaatan biaya dan memaksimalkan berbagai sumberdaya, dalam berbagai ruang lingkup yang memadai, khususnya dalam bidang pendidikan bahwa kolaborasi merupakan suatu langkah yang sangat ampuh dalam peningkatan sumber daya manusia.
“Kolaborasi dapat Meningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan, namun juga harus dibarengi oleh motivasi kolaborasi sehingga akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mengapa demikian?, sebab akan mengangkat Indeks Pembangunan Manusia melalui kerjasama: bidang peningkatan kualitas SDM, pendidikan/pengajaran, pemanfaatan fasilitas sarana dan prasarana Penelitian dan pengabdian dalam peningkatan karya dosen dan mahasiswa”
“Cara peningkatan SDM ini, yaitu dengan merencanakan (Identifikasi Target kedepan), kemudian dengan mengoptimalkan literasi dengan banyak membaca dan ikut berbagai pelatihan, Mengorganisir atau mulai merancang kegiatan dan menciptakan hal-hal baru yang sangat berpengaruh bagi perkembangan masyarakat dan observasi pada masyarakat melihat titik lemah dan mencari solusi untuk menyelesaikan hal tersebut,” ujar Prof. Novi.
Selain itu, kata Prof. Novi, peningkatan SDM dapat dilakukan dengan menggerakkan potensi diri dengan mengupgrade pengembangan keilmuan untuk diri dan bawahannya agar lebih baik. Mengontrol atau mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan keahlian/keilmuan termasuk yang berorientasi pada keterampilan, serta mengevaluasi semua target capaian dengan mengembangkan sistem pelatihan di luar lembaga pendidikan.
“Motivasi lembaga dalam meningkatkan SDM ini dapat dilakukan dengan megadakan pelatihan keterampilan yang bisa diikuti oleh semua kalangan, memberikan pendidikan atau edukasi yang mudah dipahami dan didapatkan oleh semua kalangan. Mengadakan pembinaan dengan mengembangkan kualitas atau potensi yang dimiliki masyarakat atau individu yaitu dengan memberikan beberapa pelatihan yang menunjang individu berdasar pada keterampilan yang sudah dimiliki dan memberikan ilmu pengetahuan baru yang berbeda dengan apa yang sudah dimengerti olehnya”
“Kita juga dapat melakukan advokasi mengenai perubahan kebijakan atau system pendidikan agar menjadi lebih baik dan menciptakan kesetaraan dalam memperoleh pendidikan, serta menciptakan suatu kesempatan untuk setiap kalangan agar bisa berkontribusi dalam suatu project atau kegiatan, dan memberikan penghargaan kepada individu atau masyarakat yang berkontribusi aktif dalam suatu kegiatan, dengan tujuan untuk memberikan motivasi atau dorongan kepada masyarakat lainnya agar dapat ikut berkontribusi aktif dalam setiap kegiatan,” jelas prof. Novi.
Lebih jauh, Kaprodi Doktor Pendidikan PPs UNG itu menjelaskan, pendidikan di era globalisasi ini semakin mendekati kita semua. Era globalisasi merupakan tantangan untuk semua bidang, terutama bidang pendidikan. Begitu banyaknya sumber informasi yang bisa didapatkan dengan mudah di era globalisasi ini, dan tentunya dapat menambah pengetahuan kita semuanya.
“Namun, kita juga harus melihat kenyataan bahwa informasi yang sangat banyak ini jika tidak dicerna & disaring secara benar oleh para pendidik maka dapat memberikan dampak negatif kepada anak siswa/peserta didiknya. Pendidikan era globalisasi ini lebih menekankan pada pembentukan kepribadian: secara inteligensi, emosi, sosial juga segi sprilitualitas”
“Pembentukan pribadi yang siap dan utuh merupakan tantangan menghadapi tuntutan di era globalisasi. Dengan demikian, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama kolaborasi antara kita semuanya (keluarga, sekolah, serta masyarakat).Terpenting lembaga pendidikan, serta tidak lupa pendidik, adalah contoh panutan/contoh bagi siswanya yaitu orang tua menjadi icon anak-anaknya dalam perkembangannya. Masyarakat menjadi penggerak dalam setiap orang sekitarnya berada,” jelasnya.
Menurutnya, pendidikan era globalisasi ini lebih menekankan pada pembentukan kepribadian secara inteligensi, emosi, sosial juga segi sprilitualitas. Pembentukan pribadi yang siap dan utuh merupakan tantangan menghadapi tuntutan di era globalisasi. Dengan demikian, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama kolaborasi antara kita semuanya (keluarga, sekolah, serta masyarakat.
“Penerapan kolaborasi di era globalisasi ini ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang saat ini telah mengubah banyak sisi kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pasalnya, bidang pendidikan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengadopsi dan beradaptasi dengan teknologi, sehingga memberikan pengaruh yang positif kepada masyarakat, khususnya para pelajar. Karenanya, kolaborasi di bidang pendidikan pun sangat diperlukan”
“Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan tidak tertinggal, dan kerjasama ini bisa dilakukan dengan lingkungan sekitar, institusi pendidikan lain, maupun dengan industri. Ada beberapa kolaborasi teknologi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di era digital saat ini, diantaranya; a) Berbagi Sumber Daya (b) Berbagi Tenaga Ahli. (c) Membangun Komunitas Ahli (d) Rekrutmen Lulusan (e) Pelatihan Kerja (f) Jasa Konsultasi (g) Kolaborasi Riset; penelitian pengabdian dalam pendanaan” terang Prof. Novi.
Prof. Novi berharap, agar kepemimpinan efektif dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan harus melakukan reformasi, dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, efektif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berperan secara aktif dan efektif dalam kehidupan masyarakat global, namun lembaga pendidikan ini membutuhkan pemimpin yang memiliki peran besar dalam menghadapi kondisi dunia pendidikan yang sedang bereformasi.
“Pemimpin pendidikan harus dapat mewujudkan output dunia pendidikan Indonesia berdaya saing tinggi dalam pasar persaingan global. David Whitfield mengemukakan empat kompetensi yang harus dimilki oleh pemimpin masa depan, yaitu kompetensi kultural, kompetensi politik, kompetensi teknologi, dan kompetensi internasinoal”
“Tiga (3) dari empat kompetensi tersebut sangatrelevan dengan perwujudan kepemimpinan pendidikan yang baik dan efektif dalam menghadapi kompetensi global yaitu; a) Kompetensi kultural, artinya pemimpin harus dapat memahami budayanya sendiri, budaya lain, berbagai isu budaya yang terkait, dan mampu berkolaborasi dengan budaya lain”
“b) Kompetensi teknologi, artinya pemimpin harus memiliki kemampuan akan teknologi & dapat memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi, kolaborasi, dan membangun kepercayaan. c) Kompetensi Internasional, artinya pemimpin harus dapat melihat bahwasannya dunia ini sangat beragam, heterogen, yang terbagi atas beragam kondisi politik, ekonomi, bahasa dan kondisi yang berbeda-beda. pemimpin harus dapat melihat peluang atas berbagai perbedaan,” tandasnya.