fip.ung.ac.id, Opini – Judul  tulisan kali ini terinspirasi dari program pelatihan  “Tular Nalar”, Akademi Digital Lansia dan Sekolah Pembelajaran Kebangsaan yang digagas dan dilaksanakan oleh sebuah organisasi atau komunitas dari Jokyakarta yang menamakan dirinya MAFINDO atau MASYARAKAT ANTI FITNAH INDONESIA.

Dalam konteks kekinian dan masa depan Indonesia yang lebih maju serta beradab, keberadaan MAFINDO sangat penting dan strategis untuk menghimpun dan menjadi wadah bagi masyarakat yang sudah tercerahkan iman serta alam berpikirnya sehingga sangat anti terhadap fitnah, apalagi menebar fitnah yang sangat tidak konstruktif bagi kehidupan sosial kemasyarakatan.

Menarik dan tentu terima kasih kepada anak-anak muda kreatif yang telah menggagas MAFINDO dengan program-program kegiatannya, antara lain pelatihan  Tular Nalar Akademi Digital Lansia dan Sekolah Pembelajaran Kebangsaan. Juga, terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tibgginya telah menyelenggarakan sekaligus mengundang saya selaku Ketua TP-PKK Kab. Gorontalo sebagai narasumber  pada kegiatan pelatihan Tular Nalar Akademi Digital Lansia dan Sekolah Pembelajaran Kebangsaan  di Kab. Gorontalo yang dilaksanakan di Aula Kantor Kelurahan Hutuo Kec. Limboto pada Sabtu tanggal 4 Februari 2023 lalu.

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, tidak hanya penting tapi juga relevan dan sejalan dengan nilai-nilai agama (Islam), khususnya Al-Quran Surat Al Hujurat ayat 12 yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain”. Juga dalam Surat Al-Baqarah ayat 191 yang artinya : “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan” dan masih banyak lagi ayat-ayat maupun Hadits yang menegaskan perintah tentang meninggalkan  fitnah karena termasuk dosa besar dan membawa dampak negatif terhadap kehidupan kebangsaan.

Apalagi menjelang perhelatan politik tahun 2024 mendatang, Bangsa Indonesia sebagai negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, maka sejatinya, mentalitas saling menjatuhkan, mencari kesalahan orang lain, menggunjing atau menebar fitnah terhadap rival-rival politik tidak menggejala di negeri ini.

Di sisi yang lain, pelatihan Tular Nalar, Akademi Digital Lansia dan Sekolah Pembelajaran Kebangsaan yang menjadi fokus program tahun 2023 ini, merupakan gagasan prospektif  yang mampu memberikan penguatan terhadap terwujudnya tatanan masyarakat yang cerdas, tercerahkan dan beradab. Karena dalam tataran realitas hari ini, terkadang kekuatan atau daya nalar tercampakkan oleh dominasi emosi, nafsu amarah, kebencian dan tindakan destruktif lainnya yang sungguh menjadi resistensi bagi bangunan kebangsaan.

Dalam pengertiannya, daya nalar dan logika merupakan bagian dari kemampuan, kapasitas  dan keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang berakal dan berfikir yang memang sudah menjadi  fitrah manusia. Dengan nalar setiap orang dapat mengembangkan kemampuannya untuk berpikir sehingga dapat  membedakan mana yang benar dan salah. Dengan daya nalar manusia mampu berpikir untuk terus mempertahankan kelangsungan hidupnya dan keturunannya.

Dalam manifestasi kemanusiaan yang sesungguhnya, bahwa dalam diri setiap individu dianugerahi 3N, yakni “Nalar, Naluri dan Nurani. Nalar merupakan pengendali, pemimpin bahkan dapat disebut panglima, agar setiap orang mampu mempertahankan naluri kemanusiaan dan jangan sampai terjerumus pada “naluri hewani” Ketika naluri kemanusiaan tetap kokoh, maka segala bentuk sikap dan tindakan seseorang memancarkan nur tau cahaya kedamaian dan ketentraman bagi dirinya dan orang lain.

Di era perkembangan teknologi informasi saat ini, paling tidak masyarakat Indonesia menghadapi ujian dan tantangan besar, apakah mampu mendayagunakan teknologi-informasi sebagai wahana mempercepat proses akselerasi pembangunan yang berkemajuan atau justru sebaliknya akan mendekonstruksi bangunan kemanusiaan yang pada akhirnya menghambat proses kemajuan bagi bangsa ini.

Keberadaan media sosial (Medsos) seperti Facebook, Instagram, Twitter, bahkan TikTok yang seakan membawa siapapun berada dalam “hutan belantaranya” informasi, tidak hanya menyuguhkan konten-konten yang bermanfaat, tapi juga terdapat  suguhan informasi yang bersifat destruktif yang sungguh membawa penyakit sosial yang akut. Oleh karena itu, gerakan pendidikan  literasi digital seperti yang dilakukan oleh komunitas MAFINDO melalui berbagai programnya yang edukatif dapat menjadi sumber inspirasi dan spirit bagi elemen masyarakat lainnya yang sudah tercerahkan untuk bersama mengeliminir sikap saling memfitnah atau menghujat di antara sesama anak bangsa, melawan hoaks dan sebagainya.

Kepada elemen guru, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat dapat mengambil peran melalui “Tular Nalar”, yakni menularkan berbagai ilmu, pikiran dan tindakan, minimal kepada orang-orang terdekat agar tampil menjadi pribadi-pribadi yang menjunjung tinggi kebaikan, kebenaran sebagaimana yang diajarkan dalam agama. Menularkan tidak saja dengan “bil lisan, tapi juga melalui konsep “bil hal” atau keteladanan sikap maupun “bil qalam” atau melalui tulisan.

Dalam konteks lokal Gorontalo sebagai daerah adat di Indonesia, Tular Nalar tidak hanya penting dalam melawan fitnah, saling menghujat atau saling menjatuhkan dalam ruang lingkup yang sempit, seperti menjelang perhelatan politik 2024, tapi juga menjadi sebuah keniscayaan untuk menjaga dan mempertahankan kehormatan dan jati diri orang Gorontalo sebagai daerah adat yang memiliki nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur Gorontalo. Tular Nalar merupakan salah satu manifestasi dari gerakan dakwah yang mengajak pada gerakan amar ma’ruf nahyi munkar. (**)

Penulis adalah Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Ketua TP-PKK Kabupaten Gorontalo, Ketua PGRI Kabupaten Gorontalo, Ketua ICMI Kabupaten Gorontalo, Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Gorontalo

Leave a Comment