fip.ung.ac.id, Gorontalo – Menjadi narasumber pada acara Gorontalo Menyapa yang diselenggarakan oleh TVRI Gorontalo, Guru Besar Manajemen PLS Fakultas Ilmu Pendidikan UNG, Prof. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I., M.Pd bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo Dr. Lukman Kasim, M.Pd membahas perkembangan pendidikan di era digital, Senin (06/03/2023), di Studio TVRI Gorontalo Jln. Agusalim Kota Gorontalo.

Prof. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I., M.Pd mengatakan, melihat dari perspektif yang berbeda, di Universitas Negeri Gorontalo di tahun 2023 ini sudah turun izin perubahan program studi yang awal mulanya Pendidikan Luar Sekolah sekarang sudah menjadi Program Studi Pendidikan Masyarakat.

“Kalau melihat dari sisi sejarah mungkin pak kadis juga pernah mendengar dulu ada pendidikan social, pendidikan masyarakat juga dulu sebenarnya sudah ada. Nah, salah satu tadi pak kadis saat berbincang menyatakan salah satunya adalah ini bagian juga dari luka sejarah yang menempatkan pendidikan luar sekolah sebagai penunjang, pengganti dan pelengkap gitu”

“Sebenarnya kalau kita melihat dari body nowlege dari pendidikan masyarakat, tentu dari 34 program studi yang ada di Indonesia, pendidikan masyarakat salah satunya adalah program studi pendidikan masyarakat yang ada di Universitas Negeri Gorontalo itu melihat perkembangan-perkembangan paradigma pendidikan yang terus berjalan maju,” ujar Prof. Rahmat.

Prof. Rahmat mengatakan, termasuk salah satunya kaitannya dengan digitalisasi pendidikan, tahun 90 kita mengenal smartphone dan laptop. Tapi saat itu belum begitu gencar berbicara tentang perkembangan pendidikan dari perspektif digital. Dengan adanya covid 19 tahun 2019, kita beradaptasi secara dipaksa.

“Beberapa kali tadi disetarakan, mungkin lebih dari disetarakan lagi ini. Semuanya terkena impact dari kondisi yang ada gitu, termasuk kami juga di pendidikan. Sebenarnya kalau kita berbicara memandang falsafah Merdeka Belajar, di pendidikan masyarakat juga dari dulu sudah merdeka, baik dari sisi konseptualnya, kita sudah berbicara bagaimana mengajar itu menggunakan pendekatan orang dewasa”

“Kita sudah belajar seperti itu, bagaimana belajar itu dengan model pendidikan komunitas, kita sudah belajar seperti itu. Termasuk juga kurikulum, kita sudah berbicara bagaimana tidak hanya dengan pendekatan keterampilan umum, keterampilan khusus tetapi juga mementingkan sumber pengalaman dari peserta didik,” ucapnya.

Foto Bersama Dr. Lukman Kasim, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo)

Menurutnya, di pendidikan masyarakat itu, pengalaman memang menjadi sumber belajar yang utama (experiential learning). Mulai dari sisi body knowledge-nya sudah berjalan, kebetulan karena yang memunculkannya itu adalah Mas Menteri merdeka belajar, itu dipakai secara keseluruhan baik formal maupun non formal.

“Jadi secara operasional bagi kami di kampus maupun barangkali tadi di beberapa lembaga pendidikan nonformal, kita sudah terbiasa seperti itu, hanya berbedanya memang dengan adanya covid 19 ini, kita juga di tambah satu soft skill generik bagaimana kita itu beradaptasi dengan IT, dengan digitalisasi”

“Siapa yang mengenal zoom saat itu, nggak ada gitu yang tahu tentang zoom gitu ya. Sekarang siapa yang sebelum covid itu mempertentangkan harus punya handphone kan ada juga gitu kan, tapi dengan adanya kondisi seperti itu, bahkan rame-rame masyarakat harus memiliki handphone demi untuk anaknya,” ucapnya lagi.

Lebih jauh, pria kelahiran Sukabumi itu menerangkan, sekarang ketika kondisi kita sudah normal, sudah sesuai dengan perkembangan covid kita kata Pak Presiden sudah selesai. Ini justru menjadi keuntungan bagi kita, keuntungan dari sisi pendidikan bagaimana berdampak kepada anak didik kita yang sudah terbiasa dengan sistem digitalisasi itu.

“Saya lihat tidak hanya di pendidikan luar sekolah, tetapi semua pendidikan baik dari pendidikan dasar, menengah sampai ke perguruan tinggi. saya contohkan sekarang, di pembelajaran merdeka belajar ini misalnya kalau di kampus itu kan salah satu yang harus dikembangkan oleh kita itu adalah bagaimana pembelajaran berbasis Project “

“Pembelajaran berbasis Project itu sumbernya sekarang itu lebih banyak diambil dari sumber-sumber yang sistemnya sudah digital, misalnya ada jurnal. Dulu nggak ada, dulu harus cari buku, ke kampus dulu harus bawa buku besar-besar gitu, harus difotokopi. Sekarang kalau melihat mahasiswa datang ke kampus, bawa tasnya tapi isinya cuman handphone dan barang kecil-kecil aja kayak mau ke mall gitu”

“Saya kira itu memang jadi lebih efisien juga lebih efektif. Mungkin tidak hanya mahasiswa, di sekolah-sekolah juga yang memperbolehkan adanya menggunakan smartphone dan lain-lain, itu akan lebih cepat mencari sumber-sumber itu, baik dari misalnya Google Scholar maupun dari Science Direct atau dari DOAJ dan lain-lain,  sehingga untuk tugas-tugas itu lebih efektif dan lebih efisien” jelas Prof. Rahmat.

Kalau mengajar, kata Prof. Rahmat, dosen itu kadang-kadang misalnya bisa satu teori, mahasiswa itu bisa sepuluh teori. Jadi kalau dosen bertanya teori juga tidak bisa, karena mahasiswa pengalamannya lebih banyak dan lebih cepat beradaptasi dengan sistem digital ini, dan ini menjadi keuntungan untuk kita bersama.

“Dengan adanya era normalisasi ini dan perkembangan pendidikan era digital ini, semua sektor apalagi di pendidikan non formal sekarang sudah mulai bergeser pendidikan masyarakat kita. mungkin seperti apa yang disampaikan oleh pak kadis tadi, misalnya wilayahnya salah satunya itu hanya pengembangan life skill, dengan era modern ini, mungkin bisa bergeser juga paradigmanya”

“Bagaimana membangun masyarakat ditataran life stylenya gitu kan. Kalo untuk masyarakat modern, itu kan gak bisa lepas dari life stylenya. Namanya shifting paradigm, pergeseran paradigm, dan itu memang tidak bisa kita hindari gitu. Tidak bisa kita hindari karena eranya itu bergeser gitu. Makanya di beberapa perguruan tinggi juga sekarang, sampai muncul satu payung Prodi misalnya bisnis digital, pokoknya serba-serba digital termasuk pembelajarannya,” ujarnya.

Leave a Comment