fip.ung.ac.id, Gorontalo – Menjadi narasumber pada Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh PPs UNG kerjasama LP3M Universitas Muhammadiyah Sorong, Prof. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I berbagi tips penulisan buku ajar dan buku referensi, Jumat (31/03/2023).

Guru Besar Tetap Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNG itu menjelaskan, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi memiliki acuan dalam menentukan arah sistem pendidikan di Indonesia. Baik berkaitan dengan riset hingga penerapan yang tidak jauh-jauh dari proses belajar mengajar. Supaya apa yang diajarkan kepada mahasiswa tidak melenceng jauh dari tujuan, maka perlu adanya pegangan kepada pengajar. Pegangan tersebut bisa berupa buku panduan sebagai pedoman.

“Kemenristek sendiri memiliki beberapa jenis buku pedoman dalam mengajar. Semua buku yang diakui tentu harus memuat sudut pandang yang jelas terutama tentang prinsip-prinspi yang digunakan, pendekatan yang dianut, metode yang digunakan serta teknik-teknik pengajaran yang digunakan. Susunannya pun harus teratur, sistematis, bervariasi, dan kaya akan informasi”

“Di samping itu harus mempunyai daya tarik kuat karena akan mempengaruhi minat siswa terhadap buku tersebut. Berikut ini kami bagikan 4 jenis buku ajar standart RISTEKDIKTI yang perlu Anda ketahui,” ujar Prof. Novi.

Prof. Novi mengatakan, buku biasa yang isinya menjadi acuan berkualitas dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan wewenang di bawah Dinas Pendidikan Nasional yang bersifat baku. Buku ajar ditulis oleh pakar di bidangnya masing-masing. Buku ajar ditulis untuk tujuan intruksional tertentu. Buku ajar dilengkapi dengan sarana pengajaran.

“Dalam perkembangannya buku ajar tidak lagi diterbitkan oleh pemerintah, melainkan oleh pihak swasta. Dalam kaitan ini, pemerintah hanya diberi wewenang untuk pengadaan buku ajar, bukan untuk penggandaannya,”

“Selanjutnnya pemerintah menetapkan standar tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap penerbitan buku yang akan digunakan oleh satuan pendidikan. Dalam hal ini standar tersebut ditetapkan dan dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),” jelasnya.

Ia mengungkapkan, buku ajar disusun dengan alur logika sesuai dengan rencana pembelajaran. Bersifat mindful yang berupaya untuk memberikan perspektif baru bagi peserta didik supaya lebih kritis. Mendorong motivasi belajar siswa supaya melakukan belajar tanpa harus disuruh.

“Buku ajar juga sebagai media untuk membantu peserta didik belajar secara mandiri, mengingat keterbatasan belajar di ruang kelas dan bertemu dengan guru atau dosen. Dikemas sesederhana mungkin supaya lebih mudah dipahami, tidak memunculkan kontradiktif, dan tetap relevan.

“Ada ilustrasi yang menarik sehingga peserta didik lebih mudah memahami. Materi yang disampaikan memiliki sudut pandang yang jelas, tegas. Sehingga tidak membingungkan peserta didik dalam memahaminya. Isi materi relevan sesuai dengan kurikulum. Bahasa yang digunakan baku dengan memperhatikan idiom tabu kedaerahan agar tidak terjadi kesalahpahaman tata bahasa,” ucap Prof. Novi.

Kaprodi S3 Ilmu Pendidikan PPs UNG itu mengatakan, selain buku ajar, Ristek Dikti juga mengeluarkan buku referensi. Buku referensi berupa suatu media yang memuat kumpulan fakta-fakta terkait yang dijadikan satu bidang ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, buku referensi adalah buku yang memuat informasi ringkas dan padat semacam ensiklopedia, kamus, atlas, dan jenis-jenis buku pedoman lainnya.

“Buku jenis ini memuat informasi yang bersifat mudah untuk ditemukan agar pencarian data menjadi lebih efisien. Kualitas dari buku referensi tidak ditentukan bagaimana penulisan buku tersebut dilakukan, tetapi lebih kepada jumlah data dan referensi data secara komprehen. Ciri-ciri buku referensi yaitu berasal dari hasil penelitian, buku referensi digunakan oleh dosen untuk mengajar dan meneliti, ciri khas konten dan isi sesaui alur logika atau urutan keilmuan, contoh studio case, serta ilustrasinya”

“Bentuk gaya penyajiannya dengan bahasa formal sesuai kaidah format penulisan ilmiah, dipublikasikan dengan ISBN (International Standart Books Number) dan diedarkan ke masyarakat luas. Isi subtansi dalam buku hanya membahas satu bidang ilmu saja. Tebal buku paling sedikit 40 lembar dan berukuran standar unesco ukuran min 15.5 cm x 23 cm. Dan dapat digunakan sebagai referensi, citasi, dan dapat ditulis dalam daftar referensi ilmiah,” ucapnya.

Perbedaan buku ajar & buku referensi ini, kata Prof Novi, yaitu berusaha menimbulkan minat baca, dan memotivasi mahasiswa untuk belajar. Dirancang dan ditulis untuk mahasiswa, dan menjelaskan tujuan intruksional, serta disusun untuk digunakan oleh dosen dan mahasiswa.

“Buku ajar disusun secara fleksibel, sistematis, terstruktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang diharapkan. Fokus pada pemberian pelatihan kepada mahasiswa dan memberikan rangkuman. Gaya penulisannya komunikatif, ada umpan balik, mengakomodir kesulitan belajar, dan menjelaskan cara mempelajari buku ajar. Sedangkan buku referensi itu mengasumsikan minat baca dan dirancang dan ditulis untuk dibaca (guru, dosen, peniliti dan umum)”

“Buku referensi tidak ada tujuan intruksional dan disusun untuk dipasarkan secara luas, serta disusun secara linier sesuai logika bidang ilmu. Buku referensi, belum tentu memberikan latihan, belum memberikan rangkuman dari pembahasan. Dan gaya penulisannya naratif, tidak komunikatif dan padat. Tidak ada mekanisme umpan balik. Tidak mengakomodir kesulitan belajar dan tidak menjelaskan cara mempelajari buku referensi,” ujarnya.

Leave a Comment