(Disampaikan Pada Jamaah Masjid Al Mujahidin Kota Gorontalo Malam Ke-26 Ramadhan)

fip.ung.ac.id, Opini – Memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan umat Islam dianjurkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebab, Allah akan menurunkan malam lailatul qadar pada waktu tersebut.

qadar termasuk salah satu dari sekian banyak malam-malam yang telah dipilih oleh Allah bagi umat Islam. Amal yang dikerjakan dengan ikhlas pada malam ini sebanding dengan amal yang dikerjakan selama seribu bulan. Malam kekuasaan atau malam ketetapan. Pengetahuan tentang apa yang tertulis diturunkan pada malam kekuasaan atau malam ketetapan dan diberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW dan pelanjutnya. Dengan demikian malam itu adalah malam ketika Nabi diberi pengetahuan, malam ketika lembaran tersembunyi dibukakan kepadanya. Malam ketetapan adalah malam penyingkapan pada saat hati terbuka, pada saat pengakuan langsung bahwa yang ada hanyalah Allah, dan bahwa segala sesuatu menerima penciptaan ini dari kekuasaan tunggal tersebut, semuanya dialami.

Kata qadar sendiri digunakan untuk tiga arti:

  1. Kata qadar bermakna penetapan dan pengaturan, sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Pendapat ini terdapat dalam firman Allah dalam surat Ad-Dukhan ayat 3-5.
  2. Kata qadar bermakna kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an, serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Pendapat ini terdapat dalam firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 91.
  3. Lailatul qadar sesuatu yang menimbulkan berbagai macam pertanyaan yang terjadi dalam umat muslim, peristiwa yang sungguh membuat manusia ingin sekali mendapatkan malam tersebut. Namun dengan cara seperti apa manusia mendapatkan malam yang penuh berkah ini? Apakah manusia mengerti dengan datangnya malam tersebut? Apakah hanya terjadi pada malam bulan Ramadhan saja? Ataukah sepanjang tahun baik itu Ramadhan maupun tidak? Apakah manusia yang mendapatkan malam lailatul qadar dapat berubah secara lahiriyah maupun bathiniyah?
  4. Lantas bagaimana manusia mampu mengetahui bahwa malam tersebut telah datang terhadap dirinya? Apa dan bagaimana malam itu? Apakah ia terjadi sekali saja yakni malam ketika turunnya Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, atau terjadi setiap bulan Ramadhan sepanjang masa? Bagaimana kedatangannya, apakah setiap orang yang menantinya pasti akan mendapatkannya? Benarkah ada tanda-tanda fisik material yang menyertai kehadirannya, seperti membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan dan sebagainya? Bahkan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat dan sering muncul berkaitan dengan malam al- Qadar itu.
  5. Malam tersebut adalah malam mulia. Tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Hal ini diisyaratkan oleh adanya “pertanyaan” dalam bentuk pengagungan, yaitu: “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” (Q.S. al-Qadar, 97: 2)
  6. Tiga belas kali kalimat ma adraka terulang dalam Al-Qur’an, sepuluh di antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang berkait dengan hari kemudian, seperti: Ma adraka ma yaum al-fashl, dan sebagainya. Kesemuanya merupakan hal yang tak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia, kalau tidak berkata mustahil dijangkaunya. Tiga kali Ma adraka sisa dari angka tiga belas itu adalah: “Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?” (Q.S. at- Thariq, 86: 2). “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?” (Q.S. al-Balad, 90: 12). “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” (Q.S. al- Qadar, 97: 2).

Kata qadar bermakna sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Pendapat ini terdapat dalam surat Al-Qadr ayat 4 dan Al-Ra’d ayat 26 Malam lailatul qadar adalah malam yang penuh kemuliaan bahkan lebih indah dari seribu bulan. Para malaikat akan turun pada malam tersebut. Dalil mengenai turunnya malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadan berasal dari Aisyah RA. Dia berkata bahwa Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda:

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

Artinya: “Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari & Muslim). Baca juga: Kapan Malam Lailatul Qadar 2022? Ini Waktu dan Tanda-tandanya Diriwayatkan oleh Muslim sebagaimana diterangkan oleh Imam An-Nawawi dalam Riyadhus

Shalihin, dari Aisyah RA beliau berkata, “Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan Ramadan melebihi bulan-bulan lainnya, beliau bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh akhir Ramadan melebihi malam-malam lainnya.” Berikut amalan-amalan di malam lailatul qadar yang dapat dikerjakan oleh setiap muslim. Amalan-amalan di Malam Lailatul Qadar 1. Mendirikan Salat Salah satu amalan di malam lailatul qadar adalah mendirikan salat. Dalil terkait salat di malam lailatul qadar ini diterangkan Imam An-Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِ ه

Artinya: “Siapa saja yang mendirikan salat pada lailatul qadar karena iman dan hanya mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq Alaih). 7 Keutamaan Malam Lailatul Qadar: 1. Malaikat Turun ke Bumi – Setan Tak Bisa Ganggu Salat di malam lailatul qadar ini terdiri atas salat isya, qiyamul lail, dan salat subuh. Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm mengatakan, salat isya dan salat subuh dapat dilaksanakan secara berjamaah. 2. I’tikaf Dr. Ahmad Abdurrazaq Al-Kubaisi dalam bukunya Itikaf Penting dan Perlu mengatakan, i’tikaf berasal dari bahasa Arab ‘akafa yang bermakna menetap, mengurung diri, atau terhalangi. Menurut istilah syar’i masyhur di kalangan ulama dan fuqaha, i’tikaf adalah menetap atau berdiam dalam masjid disertai puasa dan adanya niat. Perintah i’tikaf disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 125

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرََٰهِ مۦَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَآ إِلَىَٰٰٓ إِبْرََٰهِ مۦَ وَإِسْمََٰ عِيلَ أَن طَهِِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ

وَٱلْعََٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” 3. Membaca Doa Lailatul Qadar Ustadz Hanan Attaki dalam detikKultum bersama Ustadz Hannan Attaki: Malam Puncak Lailatul Qadar, mengatakan bahwa salah satu amalan yang dilakukan untuk menyambut malam lailatul qadar adalah membaca doa lailatul qadar.

Amalan ini berasal dari Aisyah RA, sebagaimana diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Aisyah RA berkata:

يَا رَسُولَ اللََِّّ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِ نَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِِّى اللَّهُمَّ إِنَّكَ

عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِِّي

Artinya: “Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku)’.” (HR. at-Tirmidzi dan beliau mengatakan hadits ini hasan shahih.) 4. Memperbanyak Istigfar pada Waktu Sahur Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqih Islam Wa Adillatuhu mengatakan, disunahkan untuk menghidupkan malam sepuluh terakhir bulan Ramadan agar mendapatkan malam lailatul qadar. Salah satunya dengan memperbanyak membaca istigfar pada waktu sahur dan baiknya membaca sayyidul istigfar. Berikut bacaan doa sayyidul istigfar sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Bukhari,

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْ تَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِِّ مَا صَنَعْتُ،

أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Arab-latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta. Artinya:”Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.” (HR. Bukhari) Semoga kita diberikan kemudahan untuk mengerjakan amalan-amalan di malam Lailatul Qadar tersebut.

Leave a Comment