(Disampaikan pada malam ke 29 Ramadhan di Masjid Al Mukhlisin Kota Gorontalo)
Tidak terasa bulan ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Hari demi hari terlewati begitu saja.
Kita yang menyambut gembira saat kedatangan Ramadhan, kini dalam waktu dekat akan merelakan kepergian bulan sejuta ampunan itu. Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Artinya, tidak lama lagi bulan yang kehadirannya selalu dirindukan umat Muslim ini akan berakhir dalam hitungan hari. Sebagian kita telah melewatinya dengan semangat amal ibadah, mulai dari berpuasa, tadarus Al-Qur’an, shalat tarawih, dan amalan-amalan lainnya.
Namun harus diakui pula sebagian yang lain, barangkali anda yang membaca termasuk diantaranya, melewati hari-hari Ramadhan dengan ibadah alakadarnya. Entah karena kesibukkan aktifivitas yang menumpuk atau memang sebab malas saja. Di penghujung bulan ini, penting kiranya kita renungi hari-hari Ramadhan yang telah dilalui, juga sisanya yang akan kita lewati. Setidaknya ada tiga renungan di penghujung Ramadhan.
- Mengevaluasi Ibadah
Sudah separuh bulan lebih hingga sepuluh hari terakhir Ramadhan kita tunaikan, tentu sudah seharusnya ada banyak ibadah yang telah kita lakukan selama berpuasa. Selain ibadah puasanya sendiri, juga amal-amal sunnah seperti tadarus Al-Qur’an, shalat tarawih, menghidupkan malam-malam dengan serangkaian ibadah, dan sebagainya. Sebagai manusia biasa, kita tidak bisa menjamin apakah semua ibadah yang sudah kita lakukan itu diterima Allah swt atau tidak.
Sebab itu, sekalipun kita sudah beribadah maksimal selama Ramadhan, kita tidak boleh terlalu percaya diri bahwa Allah menerima semua apa yang kita lakukan. Dengan begitu kita tidak akan larut dalam kepuasan spiritual atau bahkan merasa diri sudah paling saleh. Meski begitu, di sisi lain kita juga harus optimis bahwa Allah menerima ibadah yang sudah kita perbuat agar tidak muncul sikap pesimis. Sebab, Allah sesuai perasangka hamba-Nya.
Lebih ketat lagi, Imam Al-Ghazali bahkan menyampaikan bahwa sikap ini seharusnya kita tanamkan setiap selesai berbuka puasa, bukan hanya ketika di penghujung atau selesai Ramadhan. Ia menyampaikan dalam Ihya ‘Ulumiddin,
أَنْ يَكُوْنَ قَلْبُهُ بَعْدَ الإِفْطَارِ مُعَلَّقاً مُضْطَرِبًا بَيْنَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ إِذْ لَيْسَ يَدْرِي أَيُقْبَلُ صَوْمُهُ فَهُوَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ أَوْ يُرَدُّ عَلَيْهِ فَهُوَ مِنَ الْمَمْقُوتِينَ وَلْيَكُنْ كَذَلِكَ فِي آخِرِ كُلِّ عِبَادَةٍ يَفْرَغُ
Artinya, “Setiap selesai berbuka puasa, seyogyanya kita merasa khawatir sekaligus menaruh harap kepada Allah. Khawatir jangan-jangan ibadah kita tidak diterima, juga berharap bahwa Allah menerimanya. Sebab, kita tidak tahu apakah puasa kita diterima sehingga termasuk hamba yang dekat di sisi Allah, atau sebaliknya ditolak sehingga kita termasuk hamba yang mendapat murka-Nya. Sikap seperti ini harus diterapkan setiap selesai melakukan ibadah apapun.” (Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, [2016], juz I, halaman 319).
Orang yang sudah beribadah maksimal saja tidak boleh berbangga diri dan terlalu percaya diri dengan amalnya, apalagi mereka yang ibadahnya biasa-biasa saja
- Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat, di awal bulan penuh rahmat, di tengahn bulan penuh ampunan, dan yang ujungnya adalah kebebasan dari api neraka.
- Jika tahun ini aku jauh dari kata sempurna untukmu ramdahan, tolonglah untuk bertemu kembali di tahun selanjutnya dengan ku, selamat berjumpa kembali.
- Selamat jalan Ramadan yang penuh berkah, kami pasrahkan semua kepada Allah. Semoga sudi mempertemukan kau denganku kembali.
- Kau sebentar lagi akan pergi ramadan, namun kau alasanku candu untuk beribadah, jadi tolong kembali bertemu agar aku bisa semakin baik lagi kedepannya.
- Akan ada kalanya kita berpisah dan mengalami rindu yang mendalam. Rindu merupakan hal yang berat seperti halnya rindu dengan bulan Ramadan.
- Janganlah engkau menangis atas kepergian Ramadan , kerana Ramadan pasti akan kembali. Akan tetapi menangislah engkau kerana takut ketika Ramadan kembali, engkau telah pergi ke alam kubur. ~ Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
- Ramadan yang akan segera pergi akan meninggalkan rasa pilu dan rindu yang segera datang menggebu. Selamat jalan, Ramadan.
- Perpisahan denganmu ramdan bukanlah akhir, melainkan menjadi awal perjalanan baru untuk menapaki surga.
- Berharap selalu bersama menjadi hal yang mustahil, namun aku harap bertemu kembali di tahun berikutnya bukanlah hal yang mustahil juga, Ramadan.
- Tanpa kita sadari Ramadan pergi begitu saja, hal ini beriringan dengan rasa sedih yang datang begitu saja, Ya Allah pertemukan kami kembali karena aku sadar akan rasa rinduku untuk kembali bertemu dengan Ramadan.
- Ada satu hal yang perlu kau ketahui, Ramadan: yaitu, kaulah rinduku. Suasanamu sungguh indah berbeda dengan bulan lainnya. Sampai jumpa kembali dengan versi terbaikku
Saudaraku, aku akan pulang
Namun, aku seperti tamu yang tak diharapkan.
Hingga sepertinya tak akan menyesal kau kutinggalkan.
Padahal aku datang dengan kemuliaan, seharusnya tak pulang dengan kesia-sia’an.
Saudaraku, aku akan pulang…
Percayalah…
Aku pulang belum tentu akan kembali datang
Sehingga seharusnya kau menyesal telah menelantarkan.
Saudaraku, aku akan pulang…
Kini masih ada beberapa hari kita bersama, tepatnya sepuluh malam terakhir yang banyak didambakan.
Pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir ini akan ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Yaitu malam lailatul qadar.
Saudaraku, carilah kemuliannya di malam-malam itu.
Perbanyak taubat dan ampunan.
Aku tidak akan memberitahumu kapan tiba waktunya.
Hal itu untuk menguji keimananmu pada Allah SWT semata.
Saudaraku, bersegeralah!
Jangan ditunggu lagi kapan?
Saudaraku, bergegaslah!
Jangan sampai kau bosan
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ جَعَلَنَا اللهُ مِنَ الْعَاءِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
- Taqabbalallahu minna waminkum ja’alanallahu minal aidin wal faizin.
Insyaa Allaah menerima amalan-amalan yang telah saya dan Anda kerjakan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah dan orang-orang yang mendapatkan kemenangan.. Aamiin, Amiin Allahumma Aamiin