FIP UNG

Jadi Narasumber di Ubhara Jakarta, Prof. Rahmat: Untuk Akreditasi Unggul, Dosen Harus Menulis Buku

fip.ung.ac.id, Gorontalo – Rabu, 7 Februari 2024, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya menyelenggarakan kegiatan workshop dan rapat dosen dengan tema: strategi optimalisasi program studi dan dosen dalam akreditasi Perguruan Tinggi menuju UBHARA Jaya Unggul, di kampus Ubhara yang diikuti oleh seluruh civitas akademika.

Hadir sebagai narasumber utama, Prof. Dr. Abdul Rahmat, S.Sos.I.,M.Pd mengatakan, Rektor Ubhara, Prof. Dr.Drs. Bambang Karsono, S.H.M.M. dalam sambutannya menegaskan dosen adalah salah satu profesi yang tidak mudah. Selain bertugas sebagai pendidik, dosen juga memiliki tugas-tugas profesi lainnya.

“Selain syarat administratif yang harus dipenuhi, seorang dosen juga dituntut bisa menulis artikel pada jurnal-jurnal yang memiliki reputasi internasional dan telah terakreditasi dengan baik dan benar. Tak heran ada peraturan tidak tertulis jika dosen harus bisa menerbitkan buku, dalam bentuk jurnal ataupun buku sesuai bidang yang dikuasai,” ujar Rektor, kata Prof. Rahmat.

Guru Besar Manajemen Pendidikan Masyarakat Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ini dalam materinya menyampaikan bahwa dosen harus memiliki jiwa yang mampu mengubah, mengembangkan, dan memperluas ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dimiliki melalui dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

“Kewajiban dalam melaporkan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi termasuk juga dalam menulis artikel atau buku. Untuk membantu pada dosen agar mampu menulis artikel yang bereputasi internasional, lembaga pendidikan tinggi secara berkala dan terus menerus memberikan bimbingan teknis bagi para dosen di seluruh nusantara ini”

“Maka sangat dihimbau supaya dosen mampu untuk menulis buku. Selain kebutuhan sertifikasi dosen, kewajiban dosen sebagai agen intektual membuat mereka tidak bisa lepas dari aktivitas menulis buku. Semakin produktif dosen dalam menulis buku juga cukup berpengaruh pada jumlah buku yang beredar di Indonesia,” ucap Prof. Rahmat.

Prof. Rahmat mengatakan, dengan menulis buku, dosen dituntut menulis dengan logis dan bisa diverifikasi. Harus ada kebenaran, bukan tulisan abal-abal apalagi hanya mimpi. Menulis buku tentu membutuhkan konsep dan visual yang jelas karena akan disebarluaskan kepada mahasiswa.

“Tuntutan ini akan meningkatkan kreativitas dosen untuk menyusun buku pada setiap materi yang dipilih. Menulis buku juga menjadi langkah lanjutan dari proses menulis buku ajar, jurnal, dan artikel publikasi dosen”

“Kewajiban dosen menulis dan memprodusi buku (baik ajar maupun teks) itu diatur Undang-undang (UU), antara lain UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi dan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta sejumlah regulasi yang dikeluarkan Kemenristek dan Dikti,” ujarnya.

Lebih jauh, Prof. Rahmat menjelaskan, dengan adanya aturan tersebut berarti memang dosen diwajibkan untuk menulis buku. Paksaan ini tentu bertujuan baik untuk membantu komunikasi antar mahasiswa. Misalnya dengan setiap satu kali ajar bisa ditulis 15 hingga 20 lembar per materi, tentu akan memudahkan mahasiswa dalam memahami materi ajar.

“Berbagai penelitian yang dilakukan dosen, baik berasal dari proyek ataupun individu akan lebih mudah dipahami jika disatukan dalam bentuk buku. Penelitian bisa dijadikan sumber referensi dan inspirasi untuk menulis buku”

“Buku yang diterbitkan bisa menjadi tambahan sumber ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh mahasiswa di kelas. Sehingga ketika dosen berhalangan hadir atau ada materi yang masih belum jelas saat bertatap muka, dosen bisa merekomendasikan buku yang ia tulis sebagai literatur lainnya. Dengan begitu mahasiswa tidak perlu bingung mencari buku yang sesuai dengan topik karena dosennya sendiri yang menulis buku”

“Dosen pun akan lebih mudah dalam promosi buku, sebab buku yang ditulis jelas dibutuhkan mahasiswa. Dengan cara ini, proses belajar mengajar di dalam kelas akan lebih kondusif karena kehadiran buku tersebut tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa, tetapi juga bagi dosen,” pungkasnya.