fip.ung.ac.id, Gorontalo – Didaulat sebagai narasumber pada Kuliah Tamu yang diselenggarakan oleh Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG), Senin (17/07), di Aula Lantai 2 LP2M UMGO, Dr. Pupung Puspa Ardini, M.Pd, MCE menyampaikan bahwa school readiness mendukung masa transisi dari PAUD ke SD.
Wakil Dekan Bidang Akademik FIP UNG itu mengatakan, school readness atau kesiapan sekolah merupakan hal yang kompleks. Kesiapan sekolah, sepatutnya bukan hanya sekedar kemampuan anak saja tetapi juga mencakup kapasitas keluarga, kapasitas sekolah, lingkungan masyarakat, kontribusi pemerintah untuk mendukung perkembangan dan belajar anak.
“Dengan demikian gambaran besar kesiapan sekolah bukan hanya bertumpu pada kemampuan ataupun kesiapan semata, tetapi juga dibutuhkan kontribusi dari berbagai faktor di atas dalam membimbing dan mendidik anak secara efektif agar siap belajar (Williams et al., 2019)”
“Karakteristik dan keterampilan anak yang sebelumnya telah memperlihatkan penyesuaian akademik dan perilaku yang positif pada sekolah. Fokus utama dalam pembahasan ini adalah keterampilan sosial dan emosi, pengaturan diri, termasuk kemampuan membangun hubungan dengan guru dan teman sebaya, bekerja sama, dan berperan serta aktif secara efektif di dalam kelas, serta menghambat reaksi negatif (Crosby & Dunbar, 2012),” ujar Pupung.
Pupung mengatakan, kesiapan bersekolah Anak adalah tingkat kesiapan anak baik itu 1) kognitif, 2) sosial emosional, 3) bahasa, 4) fisik (pertumbuhan,kesehatan dan gizi) dan motorik yang memperlihatkan penyesuaian dan perilaku positif pada sekolah yang tetap memperhatikan hak, kebutuhan, dan minat anak.
“Secara kompleks salah satu kesiapan bersekolah dilihat dari sudut pandang anak itu sendiri. Dalam hal ini kesiapan bersekolah anak didorong oleh empat keterampilan sosial emosional (Roopnarine et al., 2018) yang saling terkait: keterampilan prososial kooperatif (keterampilan sosial membantu pertemanan dan keterampilan kerja sama yang mendukung keterlibatan positif dalam kegiatan pembelajaran sekolah.
“Selanjutnya, pemahaman emosional dan pengaturan emosi (kemampuan mengenal ekspresi emosi orang lain, mengenal keadaan emosi diri sendiri, mengenali saat-saat yang mungkin memancing reaksi emosional tertentu, kendali diri (menunjukkan kematangan, mampu mengendalikan dorongan hati untuk berbuat agresi, dan belajar sesuai dengan tuntutan melalui menyimak dan memperhatikan)”
“Selain itu, keterampilan memecahkan masalah sosial.(keterampilan verbal untuk mengenali masalah, membuat solusi alternatif, dan berunding dengan teman sebaya, membantu pengaturan konflik yang tidak agresif). Penerapan school readness dalam perkembangan anak ini meliputi kesiapan anak, kesiapan keluarga, kesiapan lembaga pendidikan, serta lingkungan masyarakat ” ujarnya.