fip.ung.ac.id, Gorontalo – Saat ini, masyarakat Gorontalo seringkali mendapatkan berita mengenai bunuh diri, fenomena bunuh diri akhir-akhir ini marak terjadi di Gorontalo. Hal ini ini tentu saja menjadi perhatian dari para dosen, terutama dosen Bimbingan dan Konseling dan Psikologi yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Pengelola Rumah Kita Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) Prof. Dr. Maryam Rahim, M.Pd dan Psikolog Dr. Sukma Nurilawati Botutihe, S.Psi, M.Psi, Psikolog memberikan tanggapan atas kasus tersebut pada acara Gorontalo Menyapa yang diselenggarakan oleh TVRI Gorontalo dengan topik “Atasi Depresi dengan Pikiran Positif”, Rabu, (02/08/2023).
Prof. Dr. Maryam Rahim, M.Pd mengatakan untuk memaksimalkan peran dari guru BK, bimbingan dan konseling memang betul-betul sangat membantu siswa di sekolah. Guru BK ini sangat dibutuhkan oleh kebanyakan orang baik di lingkungan sekolah maupun di sosial masyarakat.
“Jadi gunakan wadah itu, apa lagi dengan guru bimbingan dan koseling. Jangan menganggap mereka itu sebagai polisi sekolah, sehingga ketika ada guru BK datang mereka sembunyi atau lari, seharusnya dekati guru BK tersebut.
“Guru-guru BK sangat siap untuk menjadi tempat berbagi. Ini penting juga dan harap mejadi perhatian bagi guru-guru BK, tolong jaga marwah sebagai guru BK dan menjadi teladan, jadilah orang yang dirindukan oleh siswa. Ketika guru BK datang, mereka jadi ingin berbagi cerita”
“BK bisa berperan dalam mencegah terjadinya perbuatan bunuh diri. Siswa-siswa dibekali dengan kemampuan untuk mengelola diri, kemampuan bertahan dari berbagai tekanan dan kemampuan mengatasi masalah dengan cara-cara yangg positif,” ujar Prof. Maryam.
Sementara itu, Dr. Sukma Nurilawati Botutihe, S.Psi, M.Psi, Psikolog mengatakan, pada dasarnya, tidak ada yang tahu secara pasti penyebab bunuh diri. Hanya saja, factor resiko ini bisa diantisipasi. Pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan masing-masing orang tentu berbeda dan dipengaruhi juga oleh kematangan berpikir.
“Bunuh diri memamng bisa dipicu oleh depresi, tapi depresi itu sendiri sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh si orang yang bersangkutan. Kondisi depresi sesorang itu tidak hanya menjadi tangungjawab person per person, pihak per pihak tetapi itu menjadi tanggungjawab kita bersama.”
“Jadi ketika ada orang yang ketika kita mendapatkan WhatsApp ada orang yang bunuh diri misalnya, itu harusnya walaupun kita tidak kenal, kita harus merasa bertanggung jawab. Karena kondisi psikologis orang di sekitar kita itu adalah menjadi tanggung jawab kita bersama”
“Oleh karena itu kepekaan social, empati itu menjadi harga mati untuk kita latihkan kepada anak-anak kita, kepada orang-orang di sekitar kita untuk supaya lebih aware dengan kondisi orang lain, sehingga kita tidak hanya sekedar berpikir positif tapi juga bertindak secara positif,” ujar Dr. Sukma.